Jumat, 18 September 2015

Ciri-ciri Makanan yang cream wajah Tidak Sehat di kira kira Kita

Ciri-ciri Makanan yang cream wajah Tidak Sehat di kira kira Kita

 Kita tak jarang menemui berbagai jajanan yang sepertinya enak dan sanggup mengenyangkan perut di lingkungan kita. Tetapi kita sering sekali tidak memperhatikan bahan-bahan maupun kandungan gizi yang ada pada makanan tersebut.
cream wajah

 Padahal bisa jadi seandainya jajanan yang kita mengkonsumsi tersebut mengandung bahan yang berbahaya seperti zat pewarna tekstil atau zat pengawet.
Bersama Trick turun temurun, sebetulnya masyarakat kita sudah terbiasa memakai beragam ragam macam bahan tambahan alami utk mengawetkan atau menambah warna terhadap makanan. Misalnya untuk nasi kuning, rata rata difungsikan kunyit, sedangkan utk mengawetkan, diperlukan garam.
Namun dalam perkembangannya, bahan alami ini sering digantikan bahan kimia karena lebih murah. dan lebih tidak jarang bahan kimia yang ditambahkan yaitu bahan yang berbahaya, yang semestinya tidak difungsikan utk makanan. Contohnya penggunaan pewarna tekstil terhadap kue-kue yang dijual pada pasar tradisional sehingga kue-kue terlihat memiliki warna yang menarik.
Kepada 2010, Kepala Seksi Bimbingan Usaha Perdangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Yogyakarta menemukan bahwa dari 19 sample pedagang makanan di di Pasar Tengah Tengah Malam Perayaan Sekaten, Yogyakarta, yang dikirimkan ke Balai Akbar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta, empat diantaranya terbukti mengandung zat berbahaya Rhodamine B (pewarna pakaian) terhadap arum manis merah, berondong beras, dan kolang- kaling dan formalin (pengawet jenazah) terhadap mi basah.
 Kasus yg lain, dari hasil penelusuran tim wartawan dari satu buah majalah di Indonesia, ternyata bahan baku pembuat siomay di sekian tidak sedikit ruang di Jakarta bukanlah ikan tenggiri melainkan ikan sapu-sapu yang hidup di muara-muara sungai Jakarta yang sudah tercemar logam berat seperti tembaga.Diliat dari segi harga, ikan sapu-sapu tersebut memang lebih murah harganya, tetapi tetaplah bahan makanan yang berbahaya seandainya di konsumsi manusia.
 Sementara itu kasus paling baru yang muncul pada banyak media terkait dgn bahan berbahaya dalam bahan makanan atau minuman adalah temuan dari tim IPB yang menyatakan 13,5% dari 74 susu formula yang diteliti di sekian tidak sedikit pusat perbelanjaan, menunjukkan kandungan bakteri berbahaya E. Sakazakii. Padahal susu formula yang dijual di pusat perbelanjaan sudah lolos dalam kualitas mutu kesehatan.
 Kasus pencemaran di susu formula tersebut dimungkinkan pencemaran terjadi kala dalam proses pendistribusian barang atau kurang perhatian dan kehati-hatian para distributor atau retail dalam melihat batas kadaluarsa makanan atau minuman. Pengaturan bahan makanan dan minuman yang akan dijual di distributor atau retail tepat dgn mutu kesehatan lebih gampang dilakukan, namun gimana bersama bahan makanan dan minuman yang dijual di pasar?
 Adanya kasus bahan makanan yang memanfaatkan formalin seperti ikan asin dan ayam potong, membuat kita harus sejak mulai bertindak yg yaitu kastemer yang cerdas. Bahwa sebelum membeli kita harus periksa bahan makanan atau minuman yang dijual dengan teliti. Kita harus mengerti bahwa ciri-ciri bahan makanan yang berformalin merupakan kenyal, tidak dihinggapi lalat, berbau formalin menyengat dan tahan selama 3 hari dalam suhu kamar.
Sebanyak kasus-kasus bahan berbahaya dalam makanan kita, maka harusnya kita sudah harus sejak sejak mulai peduli terhadap bahan makanan atau minuman serta jajanan yang dijual di sekitar kita. Kita pun harus memerhatikan kemasan bahan makanan atau minuman yang dijual, terkecuali kelihatan bersih karena dilapisi plastik atau di tempatkan di wadah yang tertutup dari debu, tapi juga kita harus mulai memperhatikan bahan yang dikandungnya seperti kasus siomay tadi serta kritis terhadap proses pelaksanaan dan pengemasan akhirnya.
Contoh tidak sehat dalam proses pengerjaan misalnya kepada jajanan gorengan yang memakai minyak goreng berkali-kali terhadap proses menggorengnya, atau penggunaan bahan tekstil buat sosis atau minuman sirup yang biasa dijual di sekitar sekolah-sekolah.
Seterusnya kepada pengemasannya, misalnya dgn menggunakan styrofoam yang mengandung bahan berbahaya waktu dipanaskan. Selain berbahaya bagi kesehatan, juga berbahaya bagi lingkungan tentunya lantaran styrofoam bisa hancur kurun waktu lebih dari 500 tahun. sangat disayangkan konsisten tak sedikit restoran terkenal yang menggunakan bahan styrofoam utk mengemas makanannya.
Dengan adanya kepedulian, perhatian dan kehati-hatian kita kepada bahan makanan dan makanan di kira kira kita, maka kita terkecuali peduli, perhatian dan hati-hati pada kesehatan kita semata, namun juga merupakan upaya kita buat menjaga lingkungan kita. Dengan menjaga lingkungan dan kesehatan, kita bakal mewariskan kesehatan dan lingkungan yang baik untuk generasi kita mendatang.

 Ciri-ciri Makanan yang Tidak Sehat di sekitar Kita

 Kita tak jarang menemui bermacam jajanan yang kayaknya enak dan sanggup mengenyangkan perut di lingkungan kita. Namun kita tak jarang sekali tidak memperhatikan bahan-bahan maupun kandungan gizi yang ada pada makanan tersebut.
 Padahal dapat jadi bila jajanan yang kita mengkonsumsi tersebut mengandung bahan yang berbahaya seperti zat pewarna tekstil atau zat pengawet.
secara turun temurun, sebetulnya masyarakat kita sudah terbiasa menggunakan beragam macam bahan tambahan alami buat mengawetkan atau menambah warna pada makanan. Misalnya untuk nasi kuning, kebanyakan difungsikan kunyit, sedangkan untuk mengawetkan, digunakan garam.
Tapi dalam perkembangannya, bahan alami ini tak jarang digantikan bahan kimia dikarenakan lebih murah. dan paling sering bahan kimia yang ditambahkan ialah bahan yang berbahaya, yang seharusnya tidak difungsikan utk makanan. Contohnya penggunaan pewarna tekstil terhadap kue-kue yang dijual terhadap pasar tradisional sehingga kue-kue nampak memiliki warna yang menarik.
Pada 2010, Kepala Seksi Bimbingan Usaha Perdangan Lembaga Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Yogyakarta menemukan bahwa dari 19 sampel pedagang makanan di di Pasar malam Perayaan Sekaten, Yogyakarta, yang dikirimkan ke Balai Agung Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta, empat diantaranya terbukti mengandung zat berbahaya Rhodamine B (pewarna pakaian) pada arum manis merah, berondong beras, dan kolang- kaling dan formalin (pengawet jenazah) terhadap mi basah.
 Kasus lainnya, dari hasil penelusuran tim wartawan dari sebuah majalah di Indonesia, ternyata bahan baku pembuat siomay di beberapa ruangan di Jakarta bukanlah ikan tenggiri melainkan ikan sapu-sapu yang hidup di muara-muara sungai Jakarta yang sudah tercemar logam berat seperti tembaga.Di Tonton dari sisi harga, ikan sapu-sapu tersebut memang lebih murah harganya, namun tetaplah bahan makanan yang berbahaya kalau di mengonsumsi manusia.
 Sementara itu kasus teranyar yang muncul kepada tak sedikit media terkait dengan bahan berbahaya dalam bahan makanan atau minuman yaitu temuan dari tim IPB yang menyebutkan 13,5% dari 74 susu formula yang diteliti di beberapa pusat perbelanjaan, menunjukkan kandungan bakteri berbahaya E. Sakazakii. Padahal susu formula yang dijual di pusat perbelanjaan sudah lolos dalam kualitas mutu kesehatan.
 Kasus pencemaran di susu formula tersebut dimungkinkan pencemaran terjadi diwaktu dalam proses pendistribusian barang atau kurang perhatian dan kehati-hatian para distributor atau retail dalam melihat batas kadaluarsa makanan atau minuman. Pengaturan bahan makanan dan minuman yang sanggup dijual di distributor atau retail serasi dgn mutu kesehatan lebih mudah dilakukan, tetapi dengan cara apa dengan bahan makanan dan minuman yang dijual di pasar?
 Adanya kasus bahan makanan yang menggunakan formalin seperti ikan asin dan ayam potong, membuat kita harus mulai sejak bertindak yg yakni pengguna yang cerdas. Bahwa sebelum membeli kita harus mengecek bahan makanan atau minuman yang dijual dengan teliti. Kita harus mengerti bahwa ciri-ciri bahan makanan yang berformalin yaitu kenyal, tidak dihinggapi lalat, berbau formalin menyengat dan tahan selama 3 hari dalam suhu kamar.
Sejumlah kasus-kasus bahan berbahaya dalam makanan kita, maka selayaknya kita sudah harus sejak mulai sejak peduli terhadap bahan makanan atau minuman pula jajanan yang dijual di sekitar kita. Kita serta harus memerhatikan kemasan bahan makanan atau minuman yang dijual, tidak hanya terlihat bersih sebab dilapisi plastik atau di tempatkan di wadah yang tertutup dari debu, namun serta kita harus mulai memperhatikan bahan yang dikandungnya seperti kasus siomay tadi pun kritis kepada proses pembuatan dan pengemasan akhirnya.
Sample tidak sehat dalam proses pembuatan misalnya pada jajanan gorengan yang menggunakan minyak goreng berkali-kali pada proses menggorengnya, atau penggunaan bahan tekstil untuk sosis atau minuman sirup yang biasa dijual di sekitar sekolah-sekolah.
Selanjutnya kepada pengemasannya, misalnya dgn menggunakan styrofoam yang mengandung bahan berbahaya kala dipanaskan. Tak Hanya berbahaya bagi kesehatan, pula berbahaya bagi lingkungan tentunya lantaran styrofoam mampu hancur jangka kala lebih dari 500 thn. Sayangnya masih tak sedikit restoran populer yang memakai bahan styrofoam buat mengemas makanannya.
Dengan adanya kepedulian, perhatian cream wajah dan kehati-hatian kita pada bahan makanan dan makanan di lebih kurang kita, maka kita selain peduli, perhatian dan hati-hati pada kesehatan kita semata, tapi serta adalah upaya kita untuk menjaga lingkungan kita. Dgn menjaga lingkungan dan kesehatan, kita akan mewariskan kesehatan dan lingkungan yang baik buat generasi kita dapat datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog